19 Desember 2011

Jangan Takut Akan Kekuranganmu!

Alkisah seorang Pemikul Air yang mempunyai dua buah gentong besar, yang digantungkan pada sebatang bambu yang dipikulnya. Salah satu gentong itu retak. Gentong yang tidak retak selalu bekerja dengan baik dan membawa pulang segentong air penuh pada akhir perjalanan panjang dari sungai hingga rumah majikan si pemikul, sedangkan gentong yang retak hanya berhasil membawa pulang setengah gentong air. Selama dua tahun hal yang sama terjadi, dari hari ke hari, si Pemikul Air hanya bisa mengantarkan satu setengah gentong air ke rumah majikannya. Sudah tentu Gentong Sempurna sangat bangga atas keberhasilannya yang sempurna pula. Sedangkan Gentong Retak sangat malu karena kekurangannya, dan sedih karena hanya bisa memenuhi setengah dari tugasnya.

Setelah merasa gagal selama dua tahun, Gentong Retak itu berkata pada si Pemikul Air pada waktu berada di tepi sungai, “Saya sangat malu dan ingin minta maaf.” Si Pemikul bertanya, “Ada apa? Mengapa kamu malu?” “Karena,” kata si Gentong Retak, “selama dua tahun terakhir ini saya hanya bisa membawa setengah gentong air gara-gara retakan ini yang membuat air bocor keluar sepanjang jalan menuju rumah majikanmu.” Si Pemikul Air merasa kasihan pada Gentong Retak yang tua itu, dan dengan ramah mengatakan, “Nanti kalau kita kembali ke rumah Pak Majikan, perhatikan bunga-bunga yang indah sepanjang jalan menuju rumahnya. “

Memang betul, di sepanjang jalan menuju rumah Pak Majikan, Gentong Retak melihat bunga-bunga indah yang dihangatkan oleh sinar matahari, dan hatinya sedikit terhibur. Tetapi, ketika tiba di rumah Pak Majikan, ia kembali sedih karena lagi-lagi setengah isinya bocor sepanjang perjalanan. Gentong Retak meminta maaf lagi kepada Si Pemikul Air atas kegagalannya.

Si Pemikul Air berkata, “Apakah kamu perhatikan bahwa bunga-bunga itu hanya tumbuh pada sisi yang kamu lewati, tetapi tidak pada sisi yang dilewati Gentong Sempurna? Itu terjadi karena dari awal saya mengetahui kekurangan kamu, tetapi kemudian memanfaatkannya. Saya menanam biji bunga sepanjang sisi jalan yang kamu lewati, dan setiap hari, sepanjang kita berjalan dari sungai sampai rumah Pak Majikan, kamu telah menyirami mereka dengan air yang bocor itu. Selama dua tahun saya dapat menghiasi meja makan Pak Majikan dengan bunga-bunga yang indah itu. Tanpa kamu menjadi dirimu sendiri, Pak Majikan tidak akan bisa menikmati keindahan itu dalam rumahnya.” Kita semua mempunyai kekurangan yang unik. Kita semua adalah gentong-gentong yang retak. Jangan takut akan kekurangan-kekurangan itu.

Terimalah, dan percayalah bahwa kamu juga bisa menjadi pencipta keindahan. Dalam memahami kekurangan kita, kita juga menemukan kekuatan kita sendiri.

16 Desember 2011

BANYAK TEMAN, BAIK UNTUK KESEHATAN

Berbahagialah Anda yang mempunyai banyak teman dan sahabat. Pasalnya, beberapa penelitian terbaru menemukan bukti bahwa menikmati kehidupan sosial yang aktif dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Para ilmuwan mempercayai bahwa menghabiskan waktu bersama teman atau sahabat akan membuat hidup lebih sehat baik secara mental maupun fisik.

Berikut ini adalah 5 (lima) alasan ilmiah yang menunjukkan pengaruh kehadiran seorang teman terhadap tingkat kesehatan seseorang :
1) Mengurangi Risiko Demensia
Memiliki kehidupan sosial yang sangat aktif dapat menurunkan risiko penyakit Alzheimer cukup besar yakni sekitar 70 persen, menurut temuan baru yang diterbitkan dalam Journal of International Neuropsychological Society.

2) Membuat Anda Tetap Fit
Riset terbaru dari peneliti asal Australia yang dipublikasikan dalam International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity menemukan bahwa teman atau sahabat memiliki pengaruh langsung terhadap tingkat aktivitas fisik dan kebiasaan makan.

3) Mengasah Otak
Anda Menjalin komunikasi yang baik dengan teman melalui chatting atau jejaring sosial media akan mendorong fungsi kognitif Anda. Hal ini seperti layaknya memecahkan teka-teki silang, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari University of Michigan, AS.

4) Meningkatkan Kesehatan Jauh Lebih Baik
Memiliki relasi yang saling mendukung dapat menunda proses penuaan. Riset terbaru dari Brandeis University menemukan bahwa jaringan sosial yang kuat - terutama bila dikombinasikan dengan latihan fisik - dapat menunda penurunan kesehatan hingga sepuluh tahun.

5) Hidup Lebih Lama
Hubungan yang kuat dengan teman dan keluarga dapat meningkatkan peluang Anda untuk tetap bertahan hidup sekitar 50 persen, menurut penelitian terbaru para ilmuwan dari Brigham Young University.

25 Oktober 2011

MEMBANGUN KESEJAHTERAAN DIRI

Pernahkah Anda merasa heran melihat seseorang yang tidak memiliki aktivitas rutin seperti karyawan kantoran, tetapi memiliki kehidupan yang mapan dan bahagia? Mungkin Anda akan berpikir, mereka anak orang kaya sehingga semua biaya ditanggung orangtua. Atau mereka memiliki warisan yang sangat besar dan memakai warisan tersebut untuk membiayai seluruh kebutuhan hidup mereka.

Menurut Freddy Pieloor, CFP, Financial planner, bahwa mereka bukan anak orang kaya atau mendapatkan warisan berlimpah. Mereka hanya memiliki passive income atau pendapatan pasif, yang dapat memberikan penghasilan rutin tanpa perlu bekerja banting tulang.

Pendapatan pasif adalah sebuah penghasilan yang diterima secara rutin setiap bulan dari sebuah atau beberapa sumber investasi atau bisnis yang telah dibangun dan dimiliki di waktu yang lalu. Sesungguhnya sebagian besar dari mereka yang saat ini telah hidup nyaman dan bahagia berkat pendapatan pasif, dahulunya adalah karyawan kantoran.

Namun sejak awal saat mereka menerima penghasilan aktif (kala bekerja), mereka selalu menyisihkan setiap uang yang diperoleh. Setelah mereka sisihkan, uang itu diakumulasikan, diinvestasikan, dan dikembangkan dalam berbagai jenis instrumen investasi dan bisnis.

Awalnya bangunan investasi dan bisnis mereka juga merangkak dan bertahap. Setelah melalui satu dasawarsa, mereka mampu menghasilkan dan mendapat ganjaran penghasilan yang melebihi kebutuhan hidup bulanan.


Setiap tahun, akumulasi pendapatan pasif bertumbuh dan berbuah. Mereka tidak langsung memanfaatkan pendapatan pasif tersebut, tetapi mereka gulung atau putar terus dalam berbagai investasi dan bisnis.

Mereka menunda kesenangan dan kepuasan diri dalam beberapa waktu yang relatif lama, tetapi mendapatkan kebahagiaan dan kenyamanan diri untuk periode waktu yang lebih lama hingga menutup mata.

Sekarang saat Anda menyisihkan setiap pendapatan yang diterima, dengan menunda kesenangan dan kepuasan diri sekarang, sisihkan pendapatan sebesar 20 persen dari setiap uang yang diterima. Uang itu untuk diakumulasikan dan diinvestasikan agar dapat memberikan hasil dan buah yang berlimpah pada waktu mendatang.

Ada beberapa usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pendapatan, diantaranya :
1. Obligasi yang memberikan kupon setiap bulan atau per tiga bulan sesuai kontrak.
2. Reksadana pendapatan tetap.
3. Rumah, rumah toko, apartemen, atau kios yang disewakan.
4. Usaha atau bisnis yang dijalankan sendiri atau dioperasikan pihak ke-3.
5. Usaha franchise.

Setiap usaha yang dilakukan harus ditekuni dengan baik dan mempunyai nilai pelayanan, agar usaha yang dilakukan dapat tetap eksis dan baik bagi sesama ciptaan Tuhan.

28 September 2011

MOTIVASI DIRI / SELF MOTIVATION

Hal yang tidak bisa kembali :
- Waktu
- Kata-kata
- Kesempatan

Hal yang dapat menghancurkan
Hidup :
- Kemarahan
- Keangkuhan
- Dendam



Hal yang tidak boleh hilang :
- Harapan/optimisme
- Keiklasan
- Kejujuran

Hal yang Paling Berharga :
- Kasih Sayang
- Cinta
- Kebaikan

Hal yang tidak pernah pasti :
- Kekayaan
- Kesuksesan
- Mimpi

Hal yang dapat membentuk karakter seseorang :
- Komitmen
- Ketulusan
- Kerja keras

Hal yang membuat kita Sukses :
- Impian
- Kemauan
- Focus

Hal yang tidak pernah kita tahu :
- Rezeki
- Umur





25 Agustus 2011

Perselingkuhan dan Penyebabnya

Pernikahan adalah momen membangun kehidupan baru bersama pasangan. Suka duka akan dihadapi berdua, sebisa mungkin tidak melibatkan pihak lain untuk menyelesaikan masalah. Namun, masalah rumah tangga kadang tidak sesederhana yang dihadapi ketika masih pacaran. Bukan cinta lagi yang dibutuhkan, tetapi komitmen, untuk menjaga keutuhan rumah tangga.

Menurut psikolog Prof Dr Sarlito Wirawan Sarwono, cinta bukanlah pengikat pernikahan. Cinta hanyalah faktor yang bisa menarik seseorang untuk memutuskan berpasangan.

“Cinta paling lama bertahan tiga tahun, lalu hilang. Sisanya adalah komitmen, kesetiaan, dan tanggung jawab,” ujar Prof Sarlito, saat peluncuran buku Mencegah Selingkuh dan Cerai karya sosiolog Dra Hartati Nurwijaya di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta, Minggu (14/8/2011) lalu.

Salah satu penyebab retaknya rumah tangga menurut Prof Sarlito adalah perselingkuhan. Perselingkuhan itu sendiri biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti: kemajuan teknologi, workaholic, dan sifat posesif.


Kemajuan teknologi
Teknologi bukan hal yang menjadi asal-usul perselingkuhan, namun bisa memicu perselingkuhan. Ketakutan bahwa kemajuan teknologi bisa membuat pasangan selingkuh, bisa membuat seseorang melanggar privasi pasangannya. Misalnya, membuka e-mail, SMS, atau situs jejaring sosial pasangan, bahkan minta password segala. Kebiasaan inilah yang menurut Prof Sarlito kerap memicu pertengkaran.

“Beri kepercayaan pada pasangan untuk punya wilayah privasinya sendiri. Kalau ternyata dia selingkuh, itu bisa diurus belakangan. Intinya jangan cari-cari masalah,” jelas Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia yang mendalami Psikologi Sosial ini.

Bagaimanapun, teknologi akan mempermudah pekerjaan dan kehidupan seseorang. Jadi, pasangan pun berhak menikmatinya.

Workaholic
Bila salah satu atau kedua pihak terlalu asyik dengan pekerjaan masing-masing, perlahan-lahan bisa menghilangkan kesetiaan. Jika workaholic tidak diselingi dengan kencan berdua, misalnya, akan sulit bagi pasangan untuk bertahan. Hubungan pernikahan akan terasa hambar dan terasa sama saja dengan rutinitas hidup yang lain. Rasa hambar ini kelak akan berujung pada keinginan untuk mencari “selingan”. Siapa yang menjadi "selingan" tersebut? Kemungkinan besar adalah rekan kerja, partner bisnis, atau siapapun yang biasa Anda jumpai saat bekerja atau beraktivitas.

Sifat posesif
Orang yang selalu menginginkan pasangan berperilaku sesuai dengan keinginannya cenderung membuat pasangan menjadi bosan. Kehidupan rumah tangga pun menjadi kaku karena pasangan selalu merasa diawasi dan akhirnya merasa terkekang.

Contohnya masalah cemburu. Cemburu yang berlebihan bisa memberi penghakiman yang terlalu cepat kepada pasangan, padahal perselingkuhan belum tentu terjadi. Kemarahan yang tidak memiliki alasan kuat justru akan menambah keretakan hubungan. Karena sifat manusia cenderung selalu memilih yang lebih baik, jangan sampai ulah Anda yang pencemburu atau posesif mendorong pasangan mencari orang lain.

“Jangan bermimpi mengubah seseorang, tapi ubah dulu diri Anda, maka pasangan akan mengikuti,” tukasnya.

By. TRIBUNNEWS.COM

07 Juni 2011

Punyailah Kebiasaan Bertindak

Inilah sesuatu yang disetujui oleh setiap pemimpin. Bahwa kini kekurangan orang-orang yang cakap dan mempunyai keahlian untuk mendapatkan posisi-posisi penting. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang direktur, banyak orang yang mahir, hampir memenuhi syarat, namun ada satu bumbu sukses yang tidak ada. Yakni kecakapan untuk menyelesaikan pekerjaan, untuk mendapatkan hasil-hasil.

Tiap-tiap pekerjaan besar –baik di bidang bisnis, jual-beli besar-besaran, ilmu pengetahuan, bidang pertahanan, atau pemerintah- memerlukan orang-orang yang berpikir untuk bertindak. Kepala-kepala bagian dalam mencari orang untuk kedudukan-kedudukan kunci, minta jawaban-jawaban atas pertanyaan: “Apakah ia akan melaksanakan pekerjaannya?” Apakah ia orang yang berinisiatif?” “Apakah ia akan mendatangkan hasil, ata semata-mata orang yang hanya suka ngomong?”

Semua pertanyaan-pertanyaan ini hanya mempunyai satu tujuan: Mengetahui apakah orang yang bersangkutan suka bertindak?

Gagasan-gagasan baik saja tidak cukup. Gagasan sederhana yang diwujudkan dilaksanakan dan dikembangkan adalah 100 persen lebih baik daripada gagasan cemerlang yang mati karena tak dilaksanakan.

Pedagang self-made terkenal, John Wanamaker sering berkata: “Tak ada yang datang atau muncul semata-mata dengan memikirkannya.”

Ingatlah ini. Segala sesuatu yang ada di dunia ini, dari satelit hingga gedung pencakar langit hingga makanan bayi adalah gagasan-gagasan yang dilaksanakan.


Jika anda mempelajari orang-orang –baik yang sukses maupun yang biasa- mereka itu dibagi dalam 2 golongan. Orang-orang yang sukses sikap dan hidupnya aktif. Kita namakan “aktivisionis”. Yang biasa saja, yang madya, yang tidak sukses bersikap pasif. Kita namakan “passivasionis”.

Kita bisa menemukan suatu prinsip sukses dengan mempelajari dua kelompok itu. Si aktivisionis adalah orang yang berbuat, melaksanakan sesuatu melalui gagasan dan rencana. Si passivasionis”tidak berbuat”. Ia menangguhkan pekerjaannya sehingga ia telah membuktikan bahwa ia tak seharusnya atau tidak bisa melaksanakannya hingga akhirnya terlambat.

Jadi, apabila kita masih mengidap penyakit Passivasionis, marilah coba menjadi aktivisionis walaupun dengan langkah kecil. Keberanian untuk bertindak merupakan salah satu awal yang baik untuk mengetahui hasil yang akan dicapai walaupun ada juga gagal yang ditemui. Tapi paling tidak kita tahu dimana kelemahan atau yang perlu diperbaiki kedepan.

01 Juni 2011

Refleksi Gerakan Lingkungan Hidup

Sesungguhnya, persengketaan hak atas pemilikan, peruntukan, dan pengelolaan lingkungan alam dalam suatu kawasan, bukanlah suatu gejala baru. Gejala ini bahkan telah muncul beberapa abad yang lalu. Kawasan lingkungan alam yang kemudian disebut sebagai sumber daya alam telah menjadi factor penting sejak awal perkembangan kapitalisme. Dalam teori ekonoi kapitalis, sumberdaya alam dianggap sebagai salah satu dari tiga factor produksi utama, selain sumberdaya manusia dana sumberdaya dana. Secara teoritik, kapitaslisme –sebagai suatu ideology yang bertujuan melakukan pemupukan modal (capital accumulation) melalui proses-proses penanaman modal (capital investment)- dalam prakteknya tak lain adalah mendorong dan mengharuskan adanya ekspansi ke luar dalam bentuk penguasaan pasar, sumber pasokan bahan baku dan tenaga kerja semurah mungkin. Proses inilah yang kemudian melahirkan sejarah penaklukan (imperialisme) dan penjajahan (kolonialisme) yang merupakan sejarah gelap peradaban dalam hal pelanggaran hak-hak asasi manusia.

Perebutan dan pengusahaan pasar, sumber pasokan bahan baku dan tenaga kerja murah, pada hakekatnya tiada lain adalah dalam rangka menjamin keberlangsungan pemupukan modal Negara asalnya. Dengan kata lain, persoalan lingkungan alam pun telah muncul bersamaan dengan perkembangannya kapitalisme. Sejak saat itu pula, ‘lingkungan alam’ (nature) kemudian disebut-sebut sebagai ‘sumberdaya alam’ (nature resources) bagi industri. Oleh karena sumber daya alam itu terbatas, sementara kebutuhan pemupukan modal tidak ada batasnya dan bahkan perlu terus ditingkatkan, maka sumberdaya alam itu perlu pula dipertahankan dan dikelola secara ilmiah oleh pakar. Maka lahirlah wacana pengelolaan sumberdaya alam (natural resources management) –suatu pendekatan modern dan rasional yang menafikan cara-cara tradisional masyarakat tempatan yang, katanya, ‘tidak ilmiah’.


Ketika kolonialisme dan imperialism secara fisik berakhir, dunia memasuki zaman baru, zaman bangsa-bangsa atau Negara-negara merdeka. Namun jika ditelaah secara seksama, ternyata hakikat kolonialisme, yakni kapitalisme, masih tetap berlangsung. Jika zaman kolonialisme perebutan dan penguasaan sumberdaya alam didukung oleh Negara penjajah, pada zaman pasca-kolonialisme saat ini, perebutan dan penguasaan itu dilakukan dan didukung oleh perusahaan-perusahaan multinasional yang seringkali bekerjasama dengan para kapitalis local, mempengaruhi kebijakan Negara yang memungkinkan bagi mereka untuk sepenuhnya menguasai (monopoli) sumberdaya alam setempat, menggusur dan meniadakan hak-hak rakyat asal/masyarakat adat (indigenous people) dan bahkan secara angkuh sekali menyebut mereka sebagai ‘perambah’ (penghalusan dari tuduhan ‘perusak’) lingkungan alam.

Maka, persoalan lingkungan dan sumberdaya alam telah menjadi persoalan: siapa sesungguhnya yang merambah dan merusak lingkungan serta untuk tujuan apa dan kepentingan siapa? Bahkan persoalannya merambah lebih jauh ke persoalan: siapa sesungguhnya yang paling berhak atas sumberdaya alam, siapa yang berhak memutuskan serta melalui proses yang bagaimana? Maka, persoalan lingkungan pun telah berubah menjadi persoalan politik dan hak aasasi manusia.

19 Maret 2011

Renungan Hidup

Ketika Aku mohon Kekuatan ..... Yang Maha Kuasa memberiku Kesulitan, sehingga Aku kuat.

Ketika Aku mohon Kebijakasanaan ..... Yang Maha Kuasa memberiku Masalah untuk Aku Pecahkan.

Ketika Aku mohon Kesejahteraann ..... Yang Maha Kuasa memberiku Akal untuk berpikir.

Ketika Aku mohon Keberanian ..... Yang Maha Kuasa memberiku Bahaya untuk Aku atasi.

Ketika Aku butuh Cinta ..... Yang Maha Kuasa memberikan orang-orang bermasalah untuk Ku Tolong.

Ketika Aku mohonn Bantuan ..... Yang Maha Kuasa memberikan orang-orang baik untuk Aku.

Aku jarang menerima apa yang kuminta ..... Tapi Yang Maha Kuasa memberi apa yang sebenarnya Aku Butuhkan

Mari kita renungkan, apa yang sudah kita perbuat dan kita dapatkan selama ini.

SILAHKAN DUKUNG BLOG INI

KE REKENING BCA 8855 1274 62 AN. ATENG