Membujuk adalah salah satu kemampuan paling penting yang diperlukan seseorang untuk membuat orang lain mengikuti kehendaknya. Kemampuan ini tak hanya dapat diterapkan di dunia kerja, tetapi juga di rumah, atau dalam kehidupan sosial lainnya. Mungkin Anda melihat tidak semua orang diberi kemampuan ini, namun sebenarnya membujuk bisa dipelajari.
Dengan mempelajari trik persuasi, Anda juga mengetahui kapan seseorang berusaha mempengaruhi Anda. Menurut Jay White, penulis kolom di DumbLittleMan.com, salah satu keuntungan terbesar yang akan Anda peroleh dengan memiliki kemampuan ini adalah, Anda tak akan kehilangan uang begitu Anda menyadari seorang petugas penjualan mendesak Anda membeli sesuatu yang tak Anda perlukan.
Inilah sembilan trik yang dapat Anda terapkan untuk dapat membujuk dan mempengaruhi orang lain:
1. Bercermin dengan orang lain.
Lakukan hal ini dengan menirukan gerakan tangan, membungkukkan badan ke depan atau belakang, atau berbagai gerakan kepala dan lengan lainnya. Kadang-kadang kita melakukannya tanpa sadar, namun bila Anda menyadarinya, pelajari lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu diingat adalah Anda harus melakukannya dengan halus, dan buat jeda sekitar 2-4 detik antara gerakan orang tersebut dengan gerakan Anda.
2. Kelangkaan.
Inilah yang paling sering dilakukan seorang pembuat iklan. Kesempatan memiliki sesuatu terlihat sangat menarik ketika persediaan begitu terbatas. Hal ini akan berguna untuk orang yang memang sedang membutuhkan, namun yang lebih penting, inilah metode persuasi yang harus diwaspadai. Berhentilah, dan pertimbangkan seberapa sering Anda dipengaruhi berita bahwa sebuah produk sedang langka? Jika memang produk itu langka, tentu akan ada banyak permintaan untuk barang tersebut bukan?
3. Membalas budi.
Ketika seseorang berbuat baik pada kita, kita sering merasa dituntut untuk melakukan sesuatu untuknya. Jadi, jika Anda ingin seseorang melakukan sesuatu untuk Anda, Anda bisa memberikan sesuatu yang baik untuknya lebih dulu. Di lingkungan rumah, misalnya, Anda bisa menawarkan untuk meminjamkan peralatan memasak, tangga, atau apa pun, kepada tetangga yang terlihat sedang membutuhkan. Tidak masalah kapan, atau dimana Anda melakukannya, kuncinya adalah menghargai hubungan yang ada.
4. Waktu yang tepat.
Orang cenderung setuju atau menurut pada Anda ketika mereka merasakan kelelahan secara mental. Sebelum Anda meminta sesuatu pada seseorang yang mungkin tidak akan langsung disetujuinya, cobalah untuk menunggu sampai ada kesempatan dimana mereka baru saja melakukan sesuatu karena terdesak. Temui dia saat hendak pulang dari kantor, dan katakan apa yang Anda mau. Seringkali jawabannya adalah, "Besok deh, aku kerjakan."
5. Keserasian.
Teknik ini kerap digunakan para petugas penjualan. Seorang salespeople akan menjabat tangan Anda saat sedang bernegosiasi. Dalam benak kebanyakan orang, berjabat tangan artinya bersepakat, sehingga dengan melakukannya sebelum kesepakatan tercapai, petugas sales seolah sudah mendapatkan transaksi yang ia inginkan. Cara yang tepat untuk melakukannya pada kegiatan sehari-hari adalah membuat seseorang bertindak sebelum mereka memutuskan. Misalnya, Anda mengajak seorang teman jalan-jalan, dan Anda ingin menonton film (padahal sang teman sedang tidak ingin). Anda bisa langsung mengajaknya ke bioskop sementara teman Anda sedang membuat keputusan akan menonton atau tidak.
6. Obrolan yang cair.
Saat sedang berbicara, seringkali kita menggunakan frasa seperti "Mm..." atau "Maksud saya..." dan kata-kata lain yang menimbulkan jeda di tengah pembicaraan. Hal seperti ini sebenarnya menunjukkan rasa kurang percaya diri kita, yang dengan sendirinya membuat kita kurang persuasif. Jika Anda yakin dengan apa yang Anda katakan, orang lain pun akan mudah terbujuk dengan apa pun yang Anda katakan.
7. Menggiring.
Kita semua terlahir menjadi pengikut. Kita sering memperhatikan apa yang dilakukan orang lain sebelum kita bertindak, karena kita membutuhkan penerimaan dari orang lain. Secara sederhana, cara efektif untuk menggunakan kebiasaan ini adalah dengan menjadi pemimpin, membuat orang lain mengikuti Anda. Misalnya, Anda sedang menghadiri seminar, dan memilih duduk di tengah-tengah. Begitu seminar dimulai, sang MC meminta hadirin untuk mengisi bangku-bangku kosong di depan. Nah, cobalah untuk menjadi orang pertama yang menggiring orang lain untuk menempati bangku tersebut.
8. Benefit.
Tunjukkan pada orang lain apa keuntungan bagi mereka jika melakukan tindakan yang Anda sarankan ini. Namun perhatikan apa yang Anda sampaikan. Anda harus mengatakannya dengan optimis, mendorong, dan menyenangkan mereka. Sikap pesimis dan mengkritik tidak akan membantu. Coba ingat bagaimana Obama memenangkan pemilu akhir tahun lalu. Kata kuncinya adalah "Yes, we can!". Mengatakan hal-hal buruk tentang orang lain, seperti yang dilakukan John McCain, tidak akan membuat orang bersimpati.
9. Teman-teman dan penguasa.Kita cenderung akan mengikuti atau terbujuk oleh seseorang yang berada di posisi yang lebih tinggi. Ini menjadi contoh yang baik untuk waspada akan "serangan" persuasif yang sedang dilakukan terhadap Anda. Di pihak lain, menjadi cara yang baik pula bagi Anda untuk melakukannya pada orang lain karena Anda akan terkejut betapa mudah membuat orang menyukai Anda dan memperoleh kekuasaan di antara kelompok Anda.
13 Mei 2009
06 Mei 2009
PEMBERDAYAAN PETANI PEDESAAN
Bagi negara-negara berkembang pembangunan pertanian abad 21 selain untuk mengembangkan sistim pertanian berkelanjutan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang menunjang sistim tersebut. Peningkatan SDM tidak hanya dibatasi peningkatan produktivitas petani. Namun, juga peningkatan kemampuan petani untuk lebih berperan dalam proses pembangunan.
Persoalan krusial dalam peningkatan SDM adalah rendahnya partisipasi petani dalam pengambilan keputusan pembangunan pertanian. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak adanya suatu organisasi yang memiliki kekuatan politik untuk memperjuangkan kepentingan petani di forum nasional di negara berkembang.
Peningkatan SDM selain berkaitan dengan peningkatan produktivitas petani juga diarahkan pada peningkatan partisipasi politik petani dalam setiap proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka melalui organisasi petani mandiri. Peran aktif pemerintah dalam peningkatan SDM petani antara lain melalui reorientasi sistim penyediaan layanan dan pendanaan sistim informasi pertanian.
Revitasilasi kinerja kelembagaan dan penyuluh pertanian akan memberikan kontribusi positif bagi peningkatan SDM pertanian. Selain itu pemberian ruang yang cukup untuk sektor swasta melalui privatiasi penyuluhan juga akan mendorong terciptanya penyediaan layanan informasi pertanian yang lebih kompetitif, efisien, dan efektif.
Peningkatan SDM petani dan pertanian sangat erat kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan (community empowerment). Dalam pengertian luas pemberdayaan merupakan proses memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan.
Lingkungan strategis mencakup lingkungan dan mekanisme produksi, ekonomi, sosial, dan ekologi. Terkait mekanisme produksi pemberdayaan semestinya mendorong petani agar mampu memanfaatkan sumber daya produksi yang dimilikinya sehingga mampu berproduksi secara efisien dan menjamin pemenuhan pangan serta memperoleh surplus yang dapat dipasarkan. Masyarakat umumnya memiliki institusi lokal yang sebenarnya dapat dikaitkan dengan usaha-usaha kerja sama produktif.
Kegagalan pengorganisasian kelompok masyarakat untuk usaha produksi sering terjadi karena dalam banyak kasus hal tersebut sering dilatarbelakngi oleh target-target keproyekan. Umumnya setelah proyek selesai maka kelompok yang terbentuk juga akan bubar. Pada hal untuk membangun organisasi petani dan peningkatan wawasan dan keterampilan petani agar efisien dan efektif dan dapat berlangsung dalam kurun waktu yang lama secara terus menerus.
Terkait dengan mekanisme ekonomi sebenarnya telah banyak upaya untuk menciptakan institusi ekonomi bertujuan meningkatkan akses petani atau masyarakat terhadap pasar. Namun, nampaknya kelembagaan ekonomi yang ada belum dapat sepenuhnya memberikan manfaat secara ekonomi.
Pembentukan koperasi pedesaan pada banyak kasus justru mengalami kegagalan karena tidak melibatkan masyarakat secara penuh. Idealnya koperasi petani mampu menyediakan kebutuhan petani baik dalam hal sarana produksi, permodalan, maupun pemasaran produk yang ada akhirnya memberikan nilai tambah pada petani atau masyarakat sekitar.
Dalam mekanisme ekologi ini mencakup aspek lingkungan sekitar. Termasuk di dalamnya bagaimana masyarakat diberi kesempatan dan didorong untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya ekologi-nya secara berkesinambungan. Antara lain infrastuktur (saluran irigasi, jembatan, jalan, pasar, dan lain-lain), hutan masyarakat, penggembalaan umum, gunung, sungai, dan lain sebagainya.
Beberapa ahli banyak memberikan kritik bahwa selama ini masyarakat cenderung hanya dilibatkan sebagai obyek dalam pengelolaan sumber daya ekologi. Mereka jarang sekali dilibatkan dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta pengelolaan sumber daya ekologi tersebut.
Subejo dan Iwamoto (2003) melaporkan bahwa masyarakat lokal memiliki kearifan dan kemampuan mengelola sumber daya ekologi. Di daerah pegunungan, di mana fisik ekologi sangat tidak menguntungkan untuk produksi pertanian, masyarakat lokal telah menciptakan institusi kerja lokal terkait dengan pengelolaan sumber daya ekologi.
Institusi tersebut antara lain berfungsi dalam pembangunan dan pemeliharaan teras lahan pertanian serta kolam penampungan air. Tindakan kolektif tersebut memberikan kontribusi nyata dalam pelestarian sumber daya ekologi dan konservasi lahan.
Masyarakat di Indonesia dikenal sebagai salah satu masyarakat yang mempunyai tradisi komunitarian sangat kuat (Scott, 1976). Tradisi tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk hubungan sosial/ social relationship yang kuat. Transaksi-transaksi ekonomi akan berjalan dengan lebih efisien jika didukung dengan social relationship yang mantap dan kuat.
Secara umum kemampuan hubungan sosial di pedesaan masih kuat. Sebagai contoh kasus meskipun di daerah pedesaan yang memiliki mobilitas dan akses tinggi misalnya yang terletak di pinggiran kota masyarakatnya masih memberikan prioritas yang tinggi terhadap hubungan sosial pada saat kejadian darurat (kematian, kebakaran, longsor, banjir, dan lain sebagainya).
Pekerjaan pemeliharaan fasilitas publik, pekerjaan yang terkait dengan permintaan bantuan (pembangunan rumah, upacara-upacara). Di daerah pegunungan hubungan sosial masih sangat kuat dan mengakar. Termasuk kesediaan untuk saling membantu dalam pengerjaan usaha tani dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Bagaimana pun juga membangun SDM pertanian tidak terlepas dari pembanguan dalam berbagai aspek strategis petani. Yaitu aspek produksi dan ekonomi, sosial, dan ekologi. Keberhasilan penguatan aspek tersebut yang akan menentukan apakah kualitas SDM pertanian dan pedesaan akan meningkat nyata atau berjalan di tempat.
Persoalan krusial dalam peningkatan SDM adalah rendahnya partisipasi petani dalam pengambilan keputusan pembangunan pertanian. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak adanya suatu organisasi yang memiliki kekuatan politik untuk memperjuangkan kepentingan petani di forum nasional di negara berkembang.
Peningkatan SDM selain berkaitan dengan peningkatan produktivitas petani juga diarahkan pada peningkatan partisipasi politik petani dalam setiap proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka melalui organisasi petani mandiri. Peran aktif pemerintah dalam peningkatan SDM petani antara lain melalui reorientasi sistim penyediaan layanan dan pendanaan sistim informasi pertanian.
Revitasilasi kinerja kelembagaan dan penyuluh pertanian akan memberikan kontribusi positif bagi peningkatan SDM pertanian. Selain itu pemberian ruang yang cukup untuk sektor swasta melalui privatiasi penyuluhan juga akan mendorong terciptanya penyediaan layanan informasi pertanian yang lebih kompetitif, efisien, dan efektif.
Peningkatan SDM petani dan pertanian sangat erat kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan (community empowerment). Dalam pengertian luas pemberdayaan merupakan proses memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan.
Lingkungan strategis mencakup lingkungan dan mekanisme produksi, ekonomi, sosial, dan ekologi. Terkait mekanisme produksi pemberdayaan semestinya mendorong petani agar mampu memanfaatkan sumber daya produksi yang dimilikinya sehingga mampu berproduksi secara efisien dan menjamin pemenuhan pangan serta memperoleh surplus yang dapat dipasarkan. Masyarakat umumnya memiliki institusi lokal yang sebenarnya dapat dikaitkan dengan usaha-usaha kerja sama produktif.
Kegagalan pengorganisasian kelompok masyarakat untuk usaha produksi sering terjadi karena dalam banyak kasus hal tersebut sering dilatarbelakngi oleh target-target keproyekan. Umumnya setelah proyek selesai maka kelompok yang terbentuk juga akan bubar. Pada hal untuk membangun organisasi petani dan peningkatan wawasan dan keterampilan petani agar efisien dan efektif dan dapat berlangsung dalam kurun waktu yang lama secara terus menerus.
Terkait dengan mekanisme ekonomi sebenarnya telah banyak upaya untuk menciptakan institusi ekonomi bertujuan meningkatkan akses petani atau masyarakat terhadap pasar. Namun, nampaknya kelembagaan ekonomi yang ada belum dapat sepenuhnya memberikan manfaat secara ekonomi.
Pembentukan koperasi pedesaan pada banyak kasus justru mengalami kegagalan karena tidak melibatkan masyarakat secara penuh. Idealnya koperasi petani mampu menyediakan kebutuhan petani baik dalam hal sarana produksi, permodalan, maupun pemasaran produk yang ada akhirnya memberikan nilai tambah pada petani atau masyarakat sekitar.
Dalam mekanisme ekologi ini mencakup aspek lingkungan sekitar. Termasuk di dalamnya bagaimana masyarakat diberi kesempatan dan didorong untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya ekologi-nya secara berkesinambungan. Antara lain infrastuktur (saluran irigasi, jembatan, jalan, pasar, dan lain-lain), hutan masyarakat, penggembalaan umum, gunung, sungai, dan lain sebagainya.
Beberapa ahli banyak memberikan kritik bahwa selama ini masyarakat cenderung hanya dilibatkan sebagai obyek dalam pengelolaan sumber daya ekologi. Mereka jarang sekali dilibatkan dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta pengelolaan sumber daya ekologi tersebut.
Subejo dan Iwamoto (2003) melaporkan bahwa masyarakat lokal memiliki kearifan dan kemampuan mengelola sumber daya ekologi. Di daerah pegunungan, di mana fisik ekologi sangat tidak menguntungkan untuk produksi pertanian, masyarakat lokal telah menciptakan institusi kerja lokal terkait dengan pengelolaan sumber daya ekologi.
Institusi tersebut antara lain berfungsi dalam pembangunan dan pemeliharaan teras lahan pertanian serta kolam penampungan air. Tindakan kolektif tersebut memberikan kontribusi nyata dalam pelestarian sumber daya ekologi dan konservasi lahan.
Masyarakat di Indonesia dikenal sebagai salah satu masyarakat yang mempunyai tradisi komunitarian sangat kuat (Scott, 1976). Tradisi tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk hubungan sosial/ social relationship yang kuat. Transaksi-transaksi ekonomi akan berjalan dengan lebih efisien jika didukung dengan social relationship yang mantap dan kuat.
Secara umum kemampuan hubungan sosial di pedesaan masih kuat. Sebagai contoh kasus meskipun di daerah pedesaan yang memiliki mobilitas dan akses tinggi misalnya yang terletak di pinggiran kota masyarakatnya masih memberikan prioritas yang tinggi terhadap hubungan sosial pada saat kejadian darurat (kematian, kebakaran, longsor, banjir, dan lain sebagainya).
Pekerjaan pemeliharaan fasilitas publik, pekerjaan yang terkait dengan permintaan bantuan (pembangunan rumah, upacara-upacara). Di daerah pegunungan hubungan sosial masih sangat kuat dan mengakar. Termasuk kesediaan untuk saling membantu dalam pengerjaan usaha tani dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Bagaimana pun juga membangun SDM pertanian tidak terlepas dari pembanguan dalam berbagai aspek strategis petani. Yaitu aspek produksi dan ekonomi, sosial, dan ekologi. Keberhasilan penguatan aspek tersebut yang akan menentukan apakah kualitas SDM pertanian dan pedesaan akan meningkat nyata atau berjalan di tempat.
Langganan:
Postingan (Atom)