Berada di puncak memang anginnya lebih kencang. Namun, meski menjadi penguasa berarti tanggung jawab semakin besar, ternyata mereka lebih bahagia dibanding orang yang tak punya kekuasaan.
Bagian dari rasa kebahagiaan itu antara lain karena para penguasa merasa lebih yakin akan dirinya sendiri sehingga kepuasan yang dirasakan juga lebih besar.
Bagian dari rasa kebahagiaan itu antara lain karena para penguasa merasa lebih yakin akan dirinya sendiri sehingga kepuasan yang dirasakan juga lebih besar.
Para peneliti dari Tel Aviv University, Israel, University of New Brunswick, Kanada, dan Columbia University, AS, menyebutkan bahwa berada di posisi yang berwenang bisa meningkatkan rasa sejahtera.
Kesimpulan tersebut dihasilkan dari tiga eksperimen. Yang pertama dilakukan melalui survei terhadap 350 partisipan. Mereka ditanyai tentang perasaan mereka terhadap pekerjaan, kehidupan sosial, dan hubungan asmasa. Hasilnya diketahui orang yang berkuasa cenderung lebih bahagia dengan hidupnya.
Kaitan tersebut lebih kuat pada orang yang berkuasa di tempat kerja. Mereka yang berkuasa 26 persen lebih bahagia dengan pekerjaannya dibandingkan dengan karyawan rendahan. Tetapi kaitan antara kekuasaan dan kebahagiaan tak terlihat pada hubungan romantik atau pertemanan. Menurut para peneliti, hal itu karena hubungan tersebut didasarkan pada perasaan atau komunitas, bukan hirarki.
Dua penelitian lainnya lebih mendalami kaitan antara perasaan sejahtera, rasa bisa dipercaya, dan kekuasaan. Para peneliti menemukan bahwa meningkatnya perasaan berkuasa akan membuat seseorang merasa dirinya benar, karena tindakan mereka mendekati apa yang mereka yakini. Selain itu, perasaan bahwa mereka dapat dipercaya akan membuat mereka merasa lebih bahagia.