Mengalami kelupaan memang bisa mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Namun, masih ada beberapa cara untuk mencegahnya.
1. Sediakan Kalender Tak ada salahnya memilih kalender kuno berbentuk lembaran kertas, sehingga Anda dapat membubuhkan catatan-catatan di lembaran-lembaran tadi apa saja yang akan dilakukan. Atau, melingkari tanggalan dengan spidol aneka warna untuk mencuri perhatian saat Anda melihat kalender. Mengingat-ingat jadwal dan tanggung jawab yang akan dilakukan, juga bisa memelihara daya ingat tetap optimal.
2. Buat Jadwal Aktivitas Berangan-angan sebelum tidur, merenung di pagi hari, atau menulis sesuatu di buku agenda sekadar untuk membuat rutinitas lebih tertata juga dapat dilakukan untuk memelihara daya ingat.
3. Buat Catatan Untuk Megingat Hal Penting Menempelkan catatan di pintu lemari es untuk mengingatkan siapa saja yang harus dihubungi, atau menaruh note di monitor komputer untuk mengingat tugas apa yang harus diselesaikan, juga baik dilakukan untuk memelihara daya ingat.
4. Hindari Stres Akibat Kemarahan & Kelelahan Sesekali ambil nafas dalam untuk meredakan stres. Atau pikirkan satu per satu persoalan yang harus segera dituntaskan, ketimbang dijalankan semuanya bersama-sama. Memilih prioritas, amat baik untuk meringankan efek stres yang dapat mencetuskan demensia.
5. Brain Gym Brain gym atau senam otak dapat meningkatkankan oksigenisasi dan efek visuospasial. Senam dengan menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri, menundukkan kepala ke depan lalu memutarnya ke kanan dan kiri, atau tangan kiri menyentuh pusar lalu dua jari tangan kanan memijat tulang tengah tepat di dua lekukan tulang selangka, dan seterusnya dapat meningkatkan aktivitas otak dan memperbaiki daya ingat.
6. Mengisi Teka Teki Silang Mengisi permainan teka-teki silang yang mengharuskan pemainnya mengingat dan mengolah ingatan juga dapat memperbaiki daya ingat dan kemampuan konsentrasi.
7. Mengingat Nomor Telepon Mengingat nomor-nomor telepon penting maupun kerabat juga bisa bermanfaat untuk memperbaiki ingatan.
31 Maret 2009
25 Maret 2009
REMAJA DAN DEMOKRASI
Dalam kategori politik, kaum remaja dimasukkan dalam kelompok pemilih pemula. Mereka adalah kelompok yang baru pertama kali menggunakan hak pilih. Dengan hak pilih itu, kaum remaja yang sudah berusia 17 tahun atau sudah menikah ini akan mempunyai tanggung jawab kewarga-negaraan yang sama dengan kaum dewasa lain. Selain itu, kaum remaja ini menjadi sasaran paling empuk untuk diperebutkan. Jumlah pemilih pemula yang berkisar pada angka 20 juta orang dalam pemilu sangat menggiurkan dari segi kemenangan dan kekalahan dalam pemilu.
Pemilu adalah satu bagian penting dalam demokrasi. Secara sederhana, pemilu adalah cara individu warga negara melakukan kontrak politik dengan orang atau partai politik yang diberi mandat menjalankan sebagian hak kewarganegaraan pemilih. Pemilu bukan pemberian mandat secara total, sehingga klaim bahwa satu partai politik tertentu memiliki pemilih dengan jumlah total tertentu dalam pemilu sebelumnya menjadi tidak tepat. Untuk menjalankan mandat itu, partai politik atau legislator partai politik harus juga melakukan proses komunikasi politik dengan tujuan meminta persetujuan warga negara, terutama untuk kebijakan-kebijakan krusial dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak.
Kaum remaja tentu memiliki mimpi-mimpi tersendiri tentang demokrasi dan untuk apa demokrasi ada. Kaum remaja yang mempunyai orang tua cenderung merasa lebih nyaman, terutama kalau kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi, seperti sekolah, bepergian, berteman, atau memiliki pakaian yang layak. Perhatian yang besar kaum remaja atas penampilan diri menimbulkan sikap yang kadang negatif, yakni menutupi apa yang mereka anggap sebagai kelemahan, seperti kekayaan atau jabatan keluarga. Persoalan kaum remaja menjadi tambah runyam ketika mereka menjadi sasaran kampanye iklan-iklan konsumerisme dan hedonisme serta dijadikan sebagai lahan penghancuran generasi lewat peredaran narkoba.
Cita-cita kaum remaja ini bisa terkubur secara tragis ketika mereka harus menanggung beban berat akibat ketiadaan perlindungan dari penyelenggara negara. Aspek ini masih belum banyak didiskusikan oleh kelompok prodemokrasi atau partai-partai politik. Kehancuran ekologis, kehilangan ruang-ruang kota untuk kegiatan komersial, serta ketiadaan uang untuk rekreasi dan membina hubungan sosial dengan anak-anak remaja yang lain, telah menjadi bagian dari mimpi buruk kaum remaja dewasa ini. Bahkan, dalam aspek yang lebih substantif, kaum remaja ini adalah satu mata rantai dari ketiadaan perhatian penyelenggara negara atas nasib kaum ibu yang hamil dan melahirkan, serta atas anak-anak balita yang tidak menerima asupan gizi yang cukup.
Padahal, untuk memperkukuh tegaknya demokrasi, perhatian yang lebih atas kaum remaja ini menjadi penting. Demokrasi akan digoyang terus oleh kepentingan kekuasaan, dinasti politik, klan, familisme, ideologisme, dan segala macam kepentingan kaum tua lainnya.
Demokrasi hanya diisi dengan segala macam potret palsu tentang perhatian kepada rakyat, ketika kaum remaja yang nanti menjadi generasi pengganti tidak diikutsertakan dalam mencerna dunia dan masalah-masalahnya. Untuk itu, pendidikan politik yang berdasarkan kepentingan kaum remaja sendiri sangat diperlukan, terutama untuk mencegah agar jangan sampai suara mereka hanya dihitung sebagai “pemilih pemula” yang tidak tahu apa-apa___.
Pemilu adalah satu bagian penting dalam demokrasi. Secara sederhana, pemilu adalah cara individu warga negara melakukan kontrak politik dengan orang atau partai politik yang diberi mandat menjalankan sebagian hak kewarganegaraan pemilih. Pemilu bukan pemberian mandat secara total, sehingga klaim bahwa satu partai politik tertentu memiliki pemilih dengan jumlah total tertentu dalam pemilu sebelumnya menjadi tidak tepat. Untuk menjalankan mandat itu, partai politik atau legislator partai politik harus juga melakukan proses komunikasi politik dengan tujuan meminta persetujuan warga negara, terutama untuk kebijakan-kebijakan krusial dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak.
Kaum remaja tentu memiliki mimpi-mimpi tersendiri tentang demokrasi dan untuk apa demokrasi ada. Kaum remaja yang mempunyai orang tua cenderung merasa lebih nyaman, terutama kalau kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi, seperti sekolah, bepergian, berteman, atau memiliki pakaian yang layak. Perhatian yang besar kaum remaja atas penampilan diri menimbulkan sikap yang kadang negatif, yakni menutupi apa yang mereka anggap sebagai kelemahan, seperti kekayaan atau jabatan keluarga. Persoalan kaum remaja menjadi tambah runyam ketika mereka menjadi sasaran kampanye iklan-iklan konsumerisme dan hedonisme serta dijadikan sebagai lahan penghancuran generasi lewat peredaran narkoba.
Cita-cita kaum remaja ini bisa terkubur secara tragis ketika mereka harus menanggung beban berat akibat ketiadaan perlindungan dari penyelenggara negara. Aspek ini masih belum banyak didiskusikan oleh kelompok prodemokrasi atau partai-partai politik. Kehancuran ekologis, kehilangan ruang-ruang kota untuk kegiatan komersial, serta ketiadaan uang untuk rekreasi dan membina hubungan sosial dengan anak-anak remaja yang lain, telah menjadi bagian dari mimpi buruk kaum remaja dewasa ini. Bahkan, dalam aspek yang lebih substantif, kaum remaja ini adalah satu mata rantai dari ketiadaan perhatian penyelenggara negara atas nasib kaum ibu yang hamil dan melahirkan, serta atas anak-anak balita yang tidak menerima asupan gizi yang cukup.
Padahal, untuk memperkukuh tegaknya demokrasi, perhatian yang lebih atas kaum remaja ini menjadi penting. Demokrasi akan digoyang terus oleh kepentingan kekuasaan, dinasti politik, klan, familisme, ideologisme, dan segala macam kepentingan kaum tua lainnya.
Demokrasi hanya diisi dengan segala macam potret palsu tentang perhatian kepada rakyat, ketika kaum remaja yang nanti menjadi generasi pengganti tidak diikutsertakan dalam mencerna dunia dan masalah-masalahnya. Untuk itu, pendidikan politik yang berdasarkan kepentingan kaum remaja sendiri sangat diperlukan, terutama untuk mencegah agar jangan sampai suara mereka hanya dihitung sebagai “pemilih pemula” yang tidak tahu apa-apa___.
12 Maret 2009
Tidur Cepat dan Berkualitas
Tidur yang cukup di malam hari sangat penting bagi tubuh. Tidur merupakan fase dimana tubuh melakukan pemulihan setelah sehari penuh beraktivitas. Orang dewasa memerlukan minimal 6 sampai dengan 8 jam untuk tidur demi menyegarkan kembali pikiran dan tubuh.
Bagi Anda yang gemar tidur siang, sebaiknya porsinya tidak terlalu lama karena akan mengganggu jam tidur malam hari. Apabila Anda kurang tidur, maka aktivitas keesokan harinya akan terganggu karena kurangnya daya konsentrasi otok dan tubuh masih terasa lemas. Oleh karena itu, tidur berkualitas sangat diperlukan, terutama bagi Anda yang mempunyai aktivitas tinggi.
Tidur yang berkualitas bisa Anda dapatkan dengan beberapa cara. Pertama, mengurangi asupan kafein sebelum Anda tidur. Kafein berbungsi merangsang otak, akibatnya orang yang sangat peka cenderung sulit tidur setelah mengkonsumsi kafein. Efek yang sama juga cenderung dialami seseorang yang mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Makan malam sebaiknya dilakukan minimal dua jam sebelum tidur, agar pencernaan tidak bekerja terlalu berat.
Satu jam sebelum tidur, lakukan aktivitas yang menenangkan seperti mendengarkan music, meditasi, yoga, mandi air hangat atau menidurkan buah hati Anda. Hindari pembahasan atau pembicaraan yang memeras otak.
Baringkan tubuh di tempat yang nyaman dan sedikit demi sedikit kendurkan setiap bagian tubuh sambil membayangkan tempat yang menyenangkan.
Kenakan baju tidur yang membuat Anda merasa nyaman. Suhu tubuh cenderung turun menjelang tidur, namun akan kembali meningkat di tengah malam, dan kembali turun menjelang terbangun. Oleh karena itu, pilihlah jenis baju tidur yang dapat membuat Anda bertahan melalui perubahan suhu tubuh ini. Kenakan selapis baju tidur di saat musim kemarau, dan sediakan selimut saat musim hujan.
Rancang suasana menenangkan di kamar tidur. Pilih cat dan pelapis dinding berwarna lembut, dan redupkan penerangan di kamar tidur. Sinar yang berlebihan dan warna yang terlalu cerah, cenderung menstimulasi panca indra, sehingga tidak bisa beristirahat secara optimal.
Semoga Anda dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman……..!!!!!!!!!!
Bagi Anda yang gemar tidur siang, sebaiknya porsinya tidak terlalu lama karena akan mengganggu jam tidur malam hari. Apabila Anda kurang tidur, maka aktivitas keesokan harinya akan terganggu karena kurangnya daya konsentrasi otok dan tubuh masih terasa lemas. Oleh karena itu, tidur berkualitas sangat diperlukan, terutama bagi Anda yang mempunyai aktivitas tinggi.
Tidur yang berkualitas bisa Anda dapatkan dengan beberapa cara. Pertama, mengurangi asupan kafein sebelum Anda tidur. Kafein berbungsi merangsang otak, akibatnya orang yang sangat peka cenderung sulit tidur setelah mengkonsumsi kafein. Efek yang sama juga cenderung dialami seseorang yang mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Makan malam sebaiknya dilakukan minimal dua jam sebelum tidur, agar pencernaan tidak bekerja terlalu berat.
Satu jam sebelum tidur, lakukan aktivitas yang menenangkan seperti mendengarkan music, meditasi, yoga, mandi air hangat atau menidurkan buah hati Anda. Hindari pembahasan atau pembicaraan yang memeras otak.
Baringkan tubuh di tempat yang nyaman dan sedikit demi sedikit kendurkan setiap bagian tubuh sambil membayangkan tempat yang menyenangkan.
Kenakan baju tidur yang membuat Anda merasa nyaman. Suhu tubuh cenderung turun menjelang tidur, namun akan kembali meningkat di tengah malam, dan kembali turun menjelang terbangun. Oleh karena itu, pilihlah jenis baju tidur yang dapat membuat Anda bertahan melalui perubahan suhu tubuh ini. Kenakan selapis baju tidur di saat musim kemarau, dan sediakan selimut saat musim hujan.
Rancang suasana menenangkan di kamar tidur. Pilih cat dan pelapis dinding berwarna lembut, dan redupkan penerangan di kamar tidur. Sinar yang berlebihan dan warna yang terlalu cerah, cenderung menstimulasi panca indra, sehingga tidak bisa beristirahat secara optimal.
Semoga Anda dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman……..!!!!!!!!!!
03 Maret 2009
Kembangkan Generasi Muda Cinta Damai
Dalam perjalanan sejarah kehidupan manusia, selalu terjadi perubahan gaya kehidupan. Salah satu yang berkembang adalah gaya kehidupan instant. Orang cenderung untuk mempermudah kehidupannya atau mengupayakan kemudahan-kemudahan dalam kehidupannya. Tingkat kesulitan dalam berbagai dimensi dan strata kehidupan dicoba untuk diminimalkan. Pesatnya penggunaan teknologi informasi semakin memungkinkan hal itu terjadi. Bagi anak-anak dan remaja, keadaan ini seringkali menjebak (yang sering tidak disadari) untuk selalu berada dalam situasi atau pengalaman hidup yang biasa memanjakan dan mempermudah hidup. Mereka tidak berhadapan dengan realita kehidupan yang sesungguhnya. Mereka berhadapan dengan realita semu. Dari diri mereka sendiri, mereka tidak terbiasa untuk sulit (berhadapan dengan realita kehidupan yang sulit). Padahal senyatanya hidup tidak selalu mudah. Sebagian besar realita kehidupan menuntut perjuangan.
Keterjebakan anak-anak dan remaja dalam situasi yang seperti itu mengakibatkan mereka berada dalam situasi keterasingan dari realita kehidupan yang sebenarnya. Mereka terbiasa, bahkan sangat terbiasa, dengan yang mudah, bukan yang sulit. Di sisi lain, keterasingan itu melumpuhkan kemampuan mereka untuk ambil sikap terhadap perkembangan situasi kehidupan yang terjadi. Cukup besar kecenderungan untuk “ikut saja” dalam perguliran realita kehidupan. Situasi yang dialami oleh anak-anak dan remaja sebagaimana di atas bukan pertama-tama karena kesalahan mereka sendiri, mereka berada dalam situasi yang terkondisikan.
Berdasarkan pengamatan selama ini ada beberapa situasi yang mempengaruhi kehidupan anak-anak dan remaja, diantaranya :
SITUASI SOSIO – EKONOMIS
Situasi dimana uang menjadi penentu segala-galanya bagi orang tua. Uang sungguh menjelma menjadi “Tuhan baru”. Realita kehidupan dinilai atau dihargai dengan besaran uang yang dikeluarkan. Karena itu kehidupan menjadi sangat materialistis. Nilai-nilai kehidupan, termasuk di dalamnya nilai-nilai iman, menjadi terpuruk dan kehilangan pengaruhnya dalam setiap sendi kehidupan. Orang tua tidak lagi berpegang pada nilai-nilai itu, tetapi orang bertanya “berapa uang yang harus dia bayar?”. Dengan demikian menjadi tidak mengherankan ketika korupsi menjadi sangat lazim terjadi. Uang membelenggu di mana-mana; menjadi dasar, sarana dan tujuan gerakan dalam kehidupan.
SITUASI – POLITIK
Situasi di mana komunalisme terjadi di mana-mana. Yang dimaksud dengan komunalisme adalah situasi dimana orang tidak lagi berpikir tentang kepentingan bersama, tetapi orang hanya berpikir tentang kelompoknya sendiri. Pola berpikir seperti ini menyuburkan dan menjebak orang dalam karakter individualistis. Kepentingan bersama bukan lagi menjadi harapan yang harus diperjuangkan, tetapi menjadi mimpi yang tak berkesudahan. Terserah orang lain mau mengalami situasi bagaimana, yang penting saya dan kelompok saya sejahtera; yang penting saya dan kelompok saya menang; yang penting saya dan kelompok saya bahagia.
SITUASI SOSIO – BUDAYA
Dimana kekerasan semakin terstruktur. Situasi - kondisi ini merupakan ujung dari situasi – kondisi pertama dan kedua. Rasa hormat kepada orang lain dan realita kehidupan lain (alam dan lingkungan hidup) sirna. Jika hal itu terasa menghalangi maka hal itu akan disingkirkan dengan segala cara, bahkan kalau perlu dimusnahkan. Sebaliknya jika hal itu diinginkan maka itu akan diupayakan dengan segala cara, dengan tingkat ketidakpedualian yang sangat tinggi kepada yang lain. Oleh karena itu, pembunuhan terhadap sesama manusia terjadi dengan dahsyat. Tujuan akhirnya adalah menghalalkan segala cara, termasuk cara-cara kekerasan. Kekerasan menjadi pilihan yang dipilih tanpa alternatif, ketika berhadapan dengan siapa atau apapun.
Anak-anak dan remaja, berada dalam alur kehidupan dengan tiga situasi – kondisi yang saling menekan dan mempengaruhi tersebut diatas. Secara mendasar hal itu mengakibatkan anak-anak dan remaja mengalami keterasingan dari dirinya sendiri, dari agamanya, dari masyarakatnya, dan puncaknya, dari Tuhannya.
Berangkat dari situasi yang ada pada generasi muda, saya melihat perlunya Mengembangkan wawasan tentang hal-hal atau masalah-masalah sosial-kemasyarakatan yang up to date saat ini, seperti situasi sosial politik dan pemahaman / penyadaran pluralism, multikulturalisme, jurnalisme dan penyadaran gender pada generasi muda. Dengan wawasan ini diharapkan generasi muda mampu menyadari posisi dan peran mereka dalam bermasyarakat dan bernegara sebagai seorang yang beriman; Meningkatkan interaksi di antara generasi muda multi-etnis dan multi-agama. Dengan kegiatan seperti ini diharapkan diantara generasi muda terjalin komunikasi dan relasi yang baik; Eksplorasi potensi, bakat, keterampilan dan kekuatan yang ada pada generasi muda. Dengan eksplorasi ini diharapkan generasi muda semakin menyadari kekuatan yang potensial ada dalam diri, sehingga dapat diarahkan untuk perkembangan dan kemajuan mereka sendiri.
Bentuk kegiatan bisa berupa Dialog tematis atau diskusi terfokus yang menghadirkan narasumber yang berkompeten untuk membangun generasi muda yang menjauhi sifat-sifat kekerasan dan lebih memilih cinta damai dan menghargai perbedaan. Kemudian kegiatan di alam terbuka, seperti Olah-raga, pentas seni, dan Out bound.
Diharapkan tumbuhnya sifat generasi muda yang cerdas secara inteletual, cerdas secara emosional dan cerdas hidup bermasyarakat.
Keterjebakan anak-anak dan remaja dalam situasi yang seperti itu mengakibatkan mereka berada dalam situasi keterasingan dari realita kehidupan yang sebenarnya. Mereka terbiasa, bahkan sangat terbiasa, dengan yang mudah, bukan yang sulit. Di sisi lain, keterasingan itu melumpuhkan kemampuan mereka untuk ambil sikap terhadap perkembangan situasi kehidupan yang terjadi. Cukup besar kecenderungan untuk “ikut saja” dalam perguliran realita kehidupan. Situasi yang dialami oleh anak-anak dan remaja sebagaimana di atas bukan pertama-tama karena kesalahan mereka sendiri, mereka berada dalam situasi yang terkondisikan.
Berdasarkan pengamatan selama ini ada beberapa situasi yang mempengaruhi kehidupan anak-anak dan remaja, diantaranya :
SITUASI SOSIO – EKONOMIS
Situasi dimana uang menjadi penentu segala-galanya bagi orang tua. Uang sungguh menjelma menjadi “Tuhan baru”. Realita kehidupan dinilai atau dihargai dengan besaran uang yang dikeluarkan. Karena itu kehidupan menjadi sangat materialistis. Nilai-nilai kehidupan, termasuk di dalamnya nilai-nilai iman, menjadi terpuruk dan kehilangan pengaruhnya dalam setiap sendi kehidupan. Orang tua tidak lagi berpegang pada nilai-nilai itu, tetapi orang bertanya “berapa uang yang harus dia bayar?”. Dengan demikian menjadi tidak mengherankan ketika korupsi menjadi sangat lazim terjadi. Uang membelenggu di mana-mana; menjadi dasar, sarana dan tujuan gerakan dalam kehidupan.
SITUASI – POLITIK
Situasi di mana komunalisme terjadi di mana-mana. Yang dimaksud dengan komunalisme adalah situasi dimana orang tidak lagi berpikir tentang kepentingan bersama, tetapi orang hanya berpikir tentang kelompoknya sendiri. Pola berpikir seperti ini menyuburkan dan menjebak orang dalam karakter individualistis. Kepentingan bersama bukan lagi menjadi harapan yang harus diperjuangkan, tetapi menjadi mimpi yang tak berkesudahan. Terserah orang lain mau mengalami situasi bagaimana, yang penting saya dan kelompok saya sejahtera; yang penting saya dan kelompok saya menang; yang penting saya dan kelompok saya bahagia.
SITUASI SOSIO – BUDAYA
Dimana kekerasan semakin terstruktur. Situasi - kondisi ini merupakan ujung dari situasi – kondisi pertama dan kedua. Rasa hormat kepada orang lain dan realita kehidupan lain (alam dan lingkungan hidup) sirna. Jika hal itu terasa menghalangi maka hal itu akan disingkirkan dengan segala cara, bahkan kalau perlu dimusnahkan. Sebaliknya jika hal itu diinginkan maka itu akan diupayakan dengan segala cara, dengan tingkat ketidakpedualian yang sangat tinggi kepada yang lain. Oleh karena itu, pembunuhan terhadap sesama manusia terjadi dengan dahsyat. Tujuan akhirnya adalah menghalalkan segala cara, termasuk cara-cara kekerasan. Kekerasan menjadi pilihan yang dipilih tanpa alternatif, ketika berhadapan dengan siapa atau apapun.
Anak-anak dan remaja, berada dalam alur kehidupan dengan tiga situasi – kondisi yang saling menekan dan mempengaruhi tersebut diatas. Secara mendasar hal itu mengakibatkan anak-anak dan remaja mengalami keterasingan dari dirinya sendiri, dari agamanya, dari masyarakatnya, dan puncaknya, dari Tuhannya.
Berangkat dari situasi yang ada pada generasi muda, saya melihat perlunya Mengembangkan wawasan tentang hal-hal atau masalah-masalah sosial-kemasyarakatan yang up to date saat ini, seperti situasi sosial politik dan pemahaman / penyadaran pluralism, multikulturalisme, jurnalisme dan penyadaran gender pada generasi muda. Dengan wawasan ini diharapkan generasi muda mampu menyadari posisi dan peran mereka dalam bermasyarakat dan bernegara sebagai seorang yang beriman; Meningkatkan interaksi di antara generasi muda multi-etnis dan multi-agama. Dengan kegiatan seperti ini diharapkan diantara generasi muda terjalin komunikasi dan relasi yang baik; Eksplorasi potensi, bakat, keterampilan dan kekuatan yang ada pada generasi muda. Dengan eksplorasi ini diharapkan generasi muda semakin menyadari kekuatan yang potensial ada dalam diri, sehingga dapat diarahkan untuk perkembangan dan kemajuan mereka sendiri.
Bentuk kegiatan bisa berupa Dialog tematis atau diskusi terfokus yang menghadirkan narasumber yang berkompeten untuk membangun generasi muda yang menjauhi sifat-sifat kekerasan dan lebih memilih cinta damai dan menghargai perbedaan. Kemudian kegiatan di alam terbuka, seperti Olah-raga, pentas seni, dan Out bound.
Diharapkan tumbuhnya sifat generasi muda yang cerdas secara inteletual, cerdas secara emosional dan cerdas hidup bermasyarakat.
Langganan:
Postingan (Atom)