Dalam perjalanan sejarah kehidupan manusia, selalu terjadi perubahan gaya kehidupan. Salah satu yang berkembang adalah gaya kehidupan instant. Orang cenderung untuk mempermudah kehidupannya atau mengupayakan kemudahan-kemudahan dalam kehidupannya. Tingkat kesulitan dalam berbagai dimensi dan strata kehidupan dicoba untuk diminimalkan. Pesatnya penggunaan teknologi informasi semakin memungkinkan hal itu terjadi. Bagi anak-anak dan remaja, keadaan ini seringkali menjebak (yang sering tidak disadari) untuk selalu berada dalam situasi atau pengalaman hidup yang biasa memanjakan dan mempermudah hidup. Mereka tidak berhadapan dengan realita kehidupan yang sesungguhnya. Mereka berhadapan dengan realita semu. Dari diri mereka sendiri, mereka tidak terbiasa untuk sulit (berhadapan dengan realita kehidupan yang sulit). Padahal senyatanya hidup tidak selalu mudah. Sebagian besar realita kehidupan menuntut perjuangan.
Keterjebakan anak-anak dan remaja dalam situasi yang seperti itu mengakibatkan mereka berada dalam situasi keterasingan dari realita kehidupan yang sebenarnya. Mereka terbiasa, bahkan sangat terbiasa, dengan yang mudah, bukan yang sulit. Di sisi lain, keterasingan itu melumpuhkan kemampuan mereka untuk ambil sikap terhadap perkembangan situasi kehidupan yang terjadi. Cukup besar kecenderungan untuk “ikut saja” dalam perguliran realita kehidupan. Situasi yang dialami oleh anak-anak dan remaja sebagaimana di atas bukan pertama-tama karena kesalahan mereka sendiri, mereka berada dalam situasi yang terkondisikan.
Berdasarkan pengamatan selama ini ada beberapa situasi yang mempengaruhi kehidupan anak-anak dan remaja, diantaranya :
SITUASI SOSIO – EKONOMIS
Situasi dimana uang menjadi penentu segala-galanya bagi orang tua. Uang sungguh menjelma menjadi “Tuhan baru”. Realita kehidupan dinilai atau dihargai dengan besaran uang yang dikeluarkan. Karena itu kehidupan menjadi sangat materialistis. Nilai-nilai kehidupan, termasuk di dalamnya nilai-nilai iman, menjadi terpuruk dan kehilangan pengaruhnya dalam setiap sendi kehidupan. Orang tua tidak lagi berpegang pada nilai-nilai itu, tetapi orang bertanya “berapa uang yang harus dia bayar?”. Dengan demikian menjadi tidak mengherankan ketika korupsi menjadi sangat lazim terjadi. Uang membelenggu di mana-mana; menjadi dasar, sarana dan tujuan gerakan dalam kehidupan.
SITUASI – POLITIK
Situasi di mana komunalisme terjadi di mana-mana. Yang dimaksud dengan komunalisme adalah situasi dimana orang tidak lagi berpikir tentang kepentingan bersama, tetapi orang hanya berpikir tentang kelompoknya sendiri. Pola berpikir seperti ini menyuburkan dan menjebak orang dalam karakter individualistis. Kepentingan bersama bukan lagi menjadi harapan yang harus diperjuangkan, tetapi menjadi mimpi yang tak berkesudahan. Terserah orang lain mau mengalami situasi bagaimana, yang penting saya dan kelompok saya sejahtera; yang penting saya dan kelompok saya menang; yang penting saya dan kelompok saya bahagia.
SITUASI SOSIO – BUDAYA
Dimana kekerasan semakin terstruktur. Situasi - kondisi ini merupakan ujung dari situasi – kondisi pertama dan kedua. Rasa hormat kepada orang lain dan realita kehidupan lain (alam dan lingkungan hidup) sirna. Jika hal itu terasa menghalangi maka hal itu akan disingkirkan dengan segala cara, bahkan kalau perlu dimusnahkan. Sebaliknya jika hal itu diinginkan maka itu akan diupayakan dengan segala cara, dengan tingkat ketidakpedualian yang sangat tinggi kepada yang lain. Oleh karena itu, pembunuhan terhadap sesama manusia terjadi dengan dahsyat. Tujuan akhirnya adalah menghalalkan segala cara, termasuk cara-cara kekerasan. Kekerasan menjadi pilihan yang dipilih tanpa alternatif, ketika berhadapan dengan siapa atau apapun.
Anak-anak dan remaja, berada dalam alur kehidupan dengan tiga situasi – kondisi yang saling menekan dan mempengaruhi tersebut diatas. Secara mendasar hal itu mengakibatkan anak-anak dan remaja mengalami keterasingan dari dirinya sendiri, dari agamanya, dari masyarakatnya, dan puncaknya, dari Tuhannya.
Berangkat dari situasi yang ada pada generasi muda, saya melihat perlunya Mengembangkan wawasan tentang hal-hal atau masalah-masalah sosial-kemasyarakatan yang up to date saat ini, seperti situasi sosial politik dan pemahaman / penyadaran pluralism, multikulturalisme, jurnalisme dan penyadaran gender pada generasi muda. Dengan wawasan ini diharapkan generasi muda mampu menyadari posisi dan peran mereka dalam bermasyarakat dan bernegara sebagai seorang yang beriman; Meningkatkan interaksi di antara generasi muda multi-etnis dan multi-agama. Dengan kegiatan seperti ini diharapkan diantara generasi muda terjalin komunikasi dan relasi yang baik; Eksplorasi potensi, bakat, keterampilan dan kekuatan yang ada pada generasi muda. Dengan eksplorasi ini diharapkan generasi muda semakin menyadari kekuatan yang potensial ada dalam diri, sehingga dapat diarahkan untuk perkembangan dan kemajuan mereka sendiri.
Bentuk kegiatan bisa berupa Dialog tematis atau diskusi terfokus yang menghadirkan narasumber yang berkompeten untuk membangun generasi muda yang menjauhi sifat-sifat kekerasan dan lebih memilih cinta damai dan menghargai perbedaan. Kemudian kegiatan di alam terbuka, seperti Olah-raga, pentas seni, dan Out bound.
Diharapkan tumbuhnya sifat generasi muda yang cerdas secara inteletual, cerdas secara emosional dan cerdas hidup bermasyarakat.
Keterjebakan anak-anak dan remaja dalam situasi yang seperti itu mengakibatkan mereka berada dalam situasi keterasingan dari realita kehidupan yang sebenarnya. Mereka terbiasa, bahkan sangat terbiasa, dengan yang mudah, bukan yang sulit. Di sisi lain, keterasingan itu melumpuhkan kemampuan mereka untuk ambil sikap terhadap perkembangan situasi kehidupan yang terjadi. Cukup besar kecenderungan untuk “ikut saja” dalam perguliran realita kehidupan. Situasi yang dialami oleh anak-anak dan remaja sebagaimana di atas bukan pertama-tama karena kesalahan mereka sendiri, mereka berada dalam situasi yang terkondisikan.
Berdasarkan pengamatan selama ini ada beberapa situasi yang mempengaruhi kehidupan anak-anak dan remaja, diantaranya :
SITUASI SOSIO – EKONOMIS
Situasi dimana uang menjadi penentu segala-galanya bagi orang tua. Uang sungguh menjelma menjadi “Tuhan baru”. Realita kehidupan dinilai atau dihargai dengan besaran uang yang dikeluarkan. Karena itu kehidupan menjadi sangat materialistis. Nilai-nilai kehidupan, termasuk di dalamnya nilai-nilai iman, menjadi terpuruk dan kehilangan pengaruhnya dalam setiap sendi kehidupan. Orang tua tidak lagi berpegang pada nilai-nilai itu, tetapi orang bertanya “berapa uang yang harus dia bayar?”. Dengan demikian menjadi tidak mengherankan ketika korupsi menjadi sangat lazim terjadi. Uang membelenggu di mana-mana; menjadi dasar, sarana dan tujuan gerakan dalam kehidupan.
SITUASI – POLITIK
Situasi di mana komunalisme terjadi di mana-mana. Yang dimaksud dengan komunalisme adalah situasi dimana orang tidak lagi berpikir tentang kepentingan bersama, tetapi orang hanya berpikir tentang kelompoknya sendiri. Pola berpikir seperti ini menyuburkan dan menjebak orang dalam karakter individualistis. Kepentingan bersama bukan lagi menjadi harapan yang harus diperjuangkan, tetapi menjadi mimpi yang tak berkesudahan. Terserah orang lain mau mengalami situasi bagaimana, yang penting saya dan kelompok saya sejahtera; yang penting saya dan kelompok saya menang; yang penting saya dan kelompok saya bahagia.
SITUASI SOSIO – BUDAYA
Dimana kekerasan semakin terstruktur. Situasi - kondisi ini merupakan ujung dari situasi – kondisi pertama dan kedua. Rasa hormat kepada orang lain dan realita kehidupan lain (alam dan lingkungan hidup) sirna. Jika hal itu terasa menghalangi maka hal itu akan disingkirkan dengan segala cara, bahkan kalau perlu dimusnahkan. Sebaliknya jika hal itu diinginkan maka itu akan diupayakan dengan segala cara, dengan tingkat ketidakpedualian yang sangat tinggi kepada yang lain. Oleh karena itu, pembunuhan terhadap sesama manusia terjadi dengan dahsyat. Tujuan akhirnya adalah menghalalkan segala cara, termasuk cara-cara kekerasan. Kekerasan menjadi pilihan yang dipilih tanpa alternatif, ketika berhadapan dengan siapa atau apapun.
Anak-anak dan remaja, berada dalam alur kehidupan dengan tiga situasi – kondisi yang saling menekan dan mempengaruhi tersebut diatas. Secara mendasar hal itu mengakibatkan anak-anak dan remaja mengalami keterasingan dari dirinya sendiri, dari agamanya, dari masyarakatnya, dan puncaknya, dari Tuhannya.
Berangkat dari situasi yang ada pada generasi muda, saya melihat perlunya Mengembangkan wawasan tentang hal-hal atau masalah-masalah sosial-kemasyarakatan yang up to date saat ini, seperti situasi sosial politik dan pemahaman / penyadaran pluralism, multikulturalisme, jurnalisme dan penyadaran gender pada generasi muda. Dengan wawasan ini diharapkan generasi muda mampu menyadari posisi dan peran mereka dalam bermasyarakat dan bernegara sebagai seorang yang beriman; Meningkatkan interaksi di antara generasi muda multi-etnis dan multi-agama. Dengan kegiatan seperti ini diharapkan diantara generasi muda terjalin komunikasi dan relasi yang baik; Eksplorasi potensi, bakat, keterampilan dan kekuatan yang ada pada generasi muda. Dengan eksplorasi ini diharapkan generasi muda semakin menyadari kekuatan yang potensial ada dalam diri, sehingga dapat diarahkan untuk perkembangan dan kemajuan mereka sendiri.
Bentuk kegiatan bisa berupa Dialog tematis atau diskusi terfokus yang menghadirkan narasumber yang berkompeten untuk membangun generasi muda yang menjauhi sifat-sifat kekerasan dan lebih memilih cinta damai dan menghargai perbedaan. Kemudian kegiatan di alam terbuka, seperti Olah-raga, pentas seni, dan Out bound.
Diharapkan tumbuhnya sifat generasi muda yang cerdas secara inteletual, cerdas secara emosional dan cerdas hidup bermasyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar