Salah satu konsekuensi dari bekerja adalah mendapatkan uang, entah itu disebut gaji, insentif, komisi, bonus, atau apapun istilahnya. Dan bila suatu jenis pekerjaan kita bedakan menjadi pekerjaan yang “menyenangkan” dan “tidak menyenangkan”, sedangkan jumlah uang yang mungkin diperoleh kita bedakan dalam kategori “sedikit” atau “kecil” dan “banyak” atau “besar”, maka terciptalah empat kemungkinan berikut :
KUADRAN I: Menyenangkan tapi imbalan kecil
KUADRAN II: Menyenangkan dan imbalan besar
KUADRAN III: Tidak menyenangkan dan imbalan kecil
KUADRAN IV: Tidak menyenangkan tapi imbalan besar
Pertama, ada jenis pekerjaan yang “menyenangkan”, tetapi hanya memberikan imbalan uang “sedikit” atau “kecil”. Kedua, ada jenis pekerjaan yang “menyenangkan”, dan memberikan imbalan uang “banyak” atau “besar”. Ketiga, ada jenis pekerjaan yang “tidak menyenangkan”, dan hanya memberikan imbalan “kecil”. Dan terakhir, ada jenis pekerjaan yang “tidak menyenangkan”, tetapi memberikan imbalan uang “besar”.
Kalau empat kemungkinan itu kita aplikasikan dalam pekerjaan yang menjadi nafkah utama kita saat ini, maka pertanyaan pertama adalah: Apakah pekerjaan itu menyenangkan atau tidak? Lalu, entah pekerjaan itu menyenangkan atau tidak, pertanyaan turunannya adalah: Apakah ia memberikan imbalan uang dalam jumlah besar atau kecil?
Andai pekerjaan itu menyenangkan, tapi imbalan uangnya kecil, masih ada alasan untuk mempertahankannya. Hal yang sama juga berlaku bila pekerjaan itu tidak menyenangkan, tetapi imbalan uangnya besar. Dalam kedua hal ini skor yang mungkin diberikan adalah 5:5 alias seimbang. Sukar membuat keputusan untuk meninggalkan atau mempertahankan jenis pekerjaan yang demikian.
Akan lain halnya jika pekerjaan itu menyenangkan dan imbalan uangnya juga besar. Alasan untuk mempertahankan pekerjaan yang demikian menjadi sangat kuat. Sungguh ideal memiliki pekerjaan yang demikian. Kesenangan bekerja akan membuat kita produktif, dan imbalan yang besar akan membuat produktivitas itu terasa dihargai sebagaimana mestinya. Dengan demikian, baik kita yang bekerja maupun pihak pemberi kerja akan memperoleh keuntungan yang sama. Ada perasaan win–win dalam hubungan kerja semacam itu.
Lain halnya jika pekerjaan yang harus kita lakukan sangat tidak menyenangkan dan imbalan uangnya pun sangat kecil. Logikanya pekerjaan semacam ini harus segera ditinggalkan. Mengerjakan sesuatu yang tidak kita sukai akan membuat hasilnya sungguh tidak produktif. Di sisi lain, karena kita tidak produktif maka pemberi kerja kehilangan alasan untuk memberikan imbalan yang lebih besar (menaikkan gaji, misalnya). Di sini ada perasaan lose–lose, kedua belah pihak hanya dirugikan.
Dalam kehidupan sehari-hari pola hubungan lose–lose ini sangat kasat mata. Di beberapa perusahaan yang menjadi klien saya, beberapa karyawan mengeluh karena imbalan uang yang mereka terima dirasakan terlalu kecil, di bawah standar rata-rata industri terkait. Pada sisi lain, pihak manajemen juga mengeluh karena menilai karyawan tidak menunjukkan performance seperti yang diharapkan perusahaan. Akhirnya, kedua belah pihak berada pada posisi serba salah atau saling menyalahkan.
Menghadapi situasi semacam itu, saran saya kepada kedua belah pihak adalah: hentikan hubungan kerja itu. Kepada karyawan saja anjurkan untuk mencari pekerjaan lain, dan kepada manajemen saya anjurkan untuk ‘memutasikan’ karyawan semacam itu ke jenis pekerjaan lain yang lebih ‘cocok’. Beberapa pihak mengikuti saran itu, sementara yang lain menolak saran yang dinilai “ekstrim” itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar