ASPEK KESEHATAN
Untuk
mencetak generasi penerus yang sehat dan cerdas sangat ditentukan oleh kualitas
perhatian orang tua terutama pada ibunya, serta pada bayi dan balita. Alasanya
bahwa pada periode 1000 hari pertama kehidupan yaitu ketika janin berusia 270
hari dalam kandungan dan bayi berusia 730 hari setelah lahir merupakan periode
emas (golden periode). Disebut
sebagai periode emas karena pada masa ini terjadi pembentukan sel tubuh dengan
pesat diantaranya pembentukan sel otak dan perkembangan unsur kecerdasan
seperti pendengaran, penglihatan, kontrol emosi, kebiasaan untuk merespon,
kemampuan bahasa, pengenalan simbol, kepandaian bersosialisasi, dan pengenalan
angka. Perhatikan gambar diagram ukuran kecerdasan.
Pada
gambar terlihat perkembangan beberapa ketrampilan pembentuk kecerdasan seperti
pengenalan angka, kepandaian bersosialisasi, pengenalan simbol dan lainya
berkembang dengan pesat sejak lahir hingga puncaknya pada umur 2 tahun (24
bulan). Setelah umur 2 tahun mulai ada penurunan kecepatan perkembangan
kepandaian. Sering pada periode ini disebut sebagai masa kritis, karena
kegagalan pertumbuhan pada periode ini bersifat permanen, artinya tidak dapat
diperbaiki lagi.
Secara
alami, fisik wanita harus berperan melakukan proses reproduksi, dimana terdapat
sejumlah permasalahan yang berisko pada kematian dapat terjadi pada proses ini.
Fisik
bayi dan balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga fungsi tubuh
belum bekerja optimal. Kondisi ini rentan terhadap perubahan lingkungan yang
tidak baik.
Pada aspek
sosial budaya dibeberapa daerah, keberadaan wanita dan
anak-anak pada posisi lemah; dimana sering tidak memiliki hak untuk membuat
keputusan. Diantaranya hak memilih untuk mendapatkan layanan kesehatan agar
jiwanya terselamatkan. Sebagai contoh disuatu daerah ada budaya ketika menentukan ibu hamil harus dirujuk ke rumah
sakit harus diputuskan oleh tetua adat atau orang tertua dalam keluarga besar
tersebut. Si Ibu hamil yang sedang menderita tidak punya hak untuk menentukan
untuk segera bisa dibawa ke rumah sakit.
Pada
keluarga miskin keberadaan ibu dan anak biasanya adalah yang paling menderita,
dibandingkan dari si-ayah sebagai kepala keluarga, sehingga hampir tidak bisa
mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang memadai.
ASPEK PENDIDIKAN
Kemudian
dari segi Pendidikan, dalam HAM dan UUD 1945 dinyatakan bahwa setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,berhak mendapat
pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan tehnologi seni dan
budaya, untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Kemiskinan
karena tingkat pendidikan orang tua rendah merupakan salah satu faktor yang
mengakibatkan keterlantaran pemenuhan hak anak dalam bidang pendidikan formal
sehingga anak mengalami putus sekolah. Banyak sekali Faktor yang menjadi
penyebab anak mengalami putus sekolah, diantaranya yang berasal dari dalam diri
anak putus sekolah disebabkan karena malas untuk pergi sekolah karena merasa
minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan
karena tidak mampu membayar kewajiban biaya sekolah.
Ketidakmampuan
ekonomi keluarga dalam menopang biaya pendidikan yang berdampak terhadap
masalah psikologi anak sehingga anak tidak bisa bersosialisasi dengan baik
dalam pergaulan dengan teman sekolahnya. Keadaan status ekonomi keluarga miskin cenderung timbul berbagai masalah yang
berkaitan dengan pembiayaan hidup anak, sehingga anak sering dilibatkan untuk
membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga merasa terbebani dengan
masalah ekonomi ini sehingga mengganggu kegiatan belajar dan kesulitan
mengikuti pelajaran.
Ada
beberapa Identifikasi masalah dan solusinya untuk mengatasi masalah anak belum
sekolah dan mengatasi anak putus sekolah.
No
|
Masalah
|
Solusi
|
1
|
Sekolah
terlalu jauh
|
ü Bantuan/subsidi biaya transportasi ke sekolah
ü Penyediaan angkutan pedesaan untuk antar jemput anak sekolah
ü Orang tua bersukarela sebagai kelompok pengawal yang menyertai
anaknya ke sekolah
ü Penyediaan asrama atau tempat tinggal bagi para siswa yang tinggal
jauh dari Sekolah
ü Membuat sekolah penyetaraan di desa seperti; SMP terbuka, kelas
jarak jauh
|
2
|
Orang
tua tidak mampu menyekolahkan
|
ü Sosialisasi atau penyuluhan yang intensif untuk membangun kesadaran
orang tua atau masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan merupakan hak
dari setiap anak
ü Perubahan periode pembayaran biaya sekolah, misalnya bisa diangsur,
memberikan keringanan
ü Beasiswa pendidikan, pembayaran biaya siswa yang tertunggak
ü Penyediaan buku-buku pelajaran dan peralatan sekolah
ü Kebijaksanaan seragam sekolah
yang lebih fleksibel, misalnya
ü Jumlah seragam yang diperlukan dievaluasi kembali
ü Memberikan subsidi seragam bagi anak-anak dari keluarga miskin
ü Mengusahakan seragam dari pakaian bekas yang masih layak pakai
|
3
|
Anak
harus bantu orang tua di rumah atau bekerja
|
ü Beasiswa/subsidi bagi anak anak yang telah menyelesaikan SD untuk
meneruskan ke SMP
ü Jika memang menjadi kebiasaan di masyarakat, maka kalender akademik
bisa disesuaikan dengan kondisi yang ada, misalnya jam sekolah disesuaikan
|
4
|
Anak
sering sakit
|
ü Pemberian makanan tambahan yang bergizi kepada siswa
ü Mengadakan pemeriksaan kesehatan siswa secara berkala. Namun
sebelumnya perlu diidentifikasi masalah kesehatan apa yang dialami, untuk
menentukan jenis pemeriksaan kesehatan yang akan dilakukan. Pemeriksaan
kesehatan yang sering dilakukan biasanya terkait penyakit mata, gigi,
pendengaran dan cacingan
ü Membiasakan hidup bersih dan sehat
ü Membuat lingkungan rumah yang bersih dan sehat
|
5
|
Tidak
ada guru di sekolah
|
ü Para anggota komite sekolah, orang tua dan pengawas sekolah harus
melakukan respon aktif terhadap hal ini dengan memberikan teguran akan
kewajiban dari seorang guru **
ü Mengontrak guru honorer
ü Para orang tua yang mempunyai kompetensi mengajar bisa menjadi guru
sukarelawan di kelas
|
6
|
Perkawinan
dan kehamilan dini (usia muda)
|
ü Sosialisasi atau penyuluhan yang intensif atau gencar terhadap
pentingnya pendidikan bagi masa depan anak
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar