29 April 2008

AREN

HASIL HUTAN BUKAN KAYU
Hutan menyediakan sumber makanan, bahan kontruksi, bahan bakar, sumber obat-obatan dan sumber penghasilan yang dapat dijual bagi kelangsungan hidup masyarakat yang bermukim disekitarnya. Tanpa merusak hutan sebenarnya masyarakat sudah bisa hidup sejahtera, karena hasil hutan selain kayu (Non timber forest product) banyak tersedia yang bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bahkan di tabung untuk keperluan hidup dan pendidikan anak-anak berikutnya.

Suatu ketika saya melakukan kunjungan ke Kampung Padakng, dan Kampung Angkabakng Kecamatan Sengah Temila. Kemudian kampung Belanggiratn dan kampung Kubu Kerekng Kecamatan Sebangki Kabupaten Landak Kalimantan Barat, bulan maret 2008 yang lalu. Di kampung-kampung tersebut banyak terdapat pohon aren (Arenga pinnata) yang merupakan hasil hutan bukan kayu, tumbuh subur di sekitar perbukitan dan diantara atau dibawah pohon-pohon besar. Selama ini sumber daya alam yang tersedia tersebut belum dikelola atau manfaatkan secara optimal dan berkelanjutan oleh masyarakat yang tinggal di kawasan sekitarnya.

Menurut Ir. Hatta Sunanto, Bsc, Ms. (2001:5) “Pohon aren mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena hampir semua bagian fisik pohon bisa dimanfaatkan dan dapat tumbuh di antara dan dibawah pohon yang besar”. Peluang pasar dari produk aren inipun masih cukup potensial. Karena hampir semua fisik pohon Aren mempunyai manfaat baik untuk di konsumsi sendiri maupun di jual, seperti: akar (obat tradisional dan peralatan), batang (untuk berbagai peralatan dan bangunan), daun muda atau janur (untuk pembungkus atau pengganti kertas rokok), buah aren muda (kolang kaling sebagai bahan pelengkap minuman dan makanan), air nira (gula merah atau cuka), umbut dari pohon yang masih kecil dan muda dapat di olah untuk menjadi sayur; ijuk dan lidinya dapat dijadikan bahan penyapu. Nira aren segar dapat menyembuhkan: Tuberkulosis paru, dysentry, wasir dan juga memperlancar buang air besar, disamping itu juga dapat mengobati sariawan. Gula merah yang terbuat dari nira pohon aren lebih unggul dari gula pasir. Dari segi aroma gula aren jauh lebih tajam dan manis. Kandung gizi yang terdapat dalam gula merah aren adalah Kalori, Karbohidrat, Kalsium, Fosfor, Besi, Air.

Pengelolaan pohon aren yang mereka lakukan masih bersifat sederhana dan terbatas. Hal ini karena masih kurang pengetahuan mereka akan pengelolaan pohon aren, selama ini mereka hanya mengambil air niranya saja untuk dijadikan gula merah, dalam 1 hari, mereka bisa menghasilkan 7 kg gula aren harga perkilo kurang lebih Rp. 6.000,-/kg. Untuk menjualpun mereka tidak mengalami kesulitan, karena pembeli gula aren sudah ada dikampung itu sendiri. Pengelolaan pohon aren pun tidak mengenal musim, bahkan hanya dilakukan pada jam 7 pagi hari dan jam 4 sore hari.

Kalau saja mereka bisa mengelola pohon aren dari akar sampai daun, seperti yang diungkapkan oleh Ir. Hatta Sunanto, Bsc, Ms tersebut. Maka sosial, ekonomi dan kelangsungan ekologi atau hutan mereka tetap terjaga. Kemudian merekapun tidak sibuk-sibuk menjadi pekerja ketempat lain, dan kemiskinan tidak menghampiri mereka.

Selama ini belum ada upaya-upaya dari pemerintah untuk pemberdayaan petani aren ini baik dari segi manajemen ekonomi keluarga maupun pengelolaan potensi yang ada dari Pohon aren. Pada hal budidaya tanaman dan pemberdayaan petani aren sangat perlu dilakukan, karena dari segi lingkungan hidup khususnya hutan sangat ramah lingkungan dan tersedia di masyarakat. Kemudian dari segi ekonomi, apabila dikelola secara optima dapat meningkatkan ekonomi keluarga petani aren.

Tidak ada komentar:

SILAHKAN DUKUNG BLOG INI

KE REKENING BCA 8855 1274 62 AN. ATENG