Di sepanjang jenjang pendidikan, kita diajari membaca terutama untuk mencari informasi, bukan untuk memahami bahwa membaca berpengaruh positif terhadap kreativitas. Salah satu tujuan terpenting membaca adalah mengobarkan gagasan dan upaya kreatif. Lagi pula, buku masih menjadi sumber informasi utama bagi kita umumnya. Bahan tertulis menjadi landasan sebagian besar informasi tentang budaya dan masyarakat, pekerjaan dan perkembangan profesional.
Pada tahun 1851, ahli filsafat Jerman Arthur Schopenhauer menulis, bahwa “Membaca setara dengan berpikir menggunakan pikiran orang lain”. Dengan membaca, kita mampu menyelami pikiran orang lain dan menambahkan pemikiran serta pengalaman orang lain ke dalam pemikiran dan pengalaman kita sendiri. Kita menambah perbendaharaan ide dengan memadukan tujuan, tata krama, motivasi dan perspektif mereka, untuk selanjutnya mengorbarkan karya kreatif.
Membaca juga memiliki dampak langsung yang positif bagi perkembangan sebagian besar jenis kecerdasan, misalnya:
1.Dengan membaca kita bisa menambah kosa kata dan pengetahuan akan tata bahasa. Yang lebih penting lagi, membaca memperkenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif. Kemudan membaca juga, kita belajar mengenai metafora, implikasi, persuasi, sifat nada dan banyak unsur ekspresi.
2.Bahan bacaan pada umumnya “memaksa” kita menggunakan nalar, pengurutan dan pemikiran logis untuk dapat mengikuti jalan cerita atau memecahkan suatu misteri.
3.Banyak buku dan artikel yang mengajak kita untuk berintrospeksi dan melontarkan pertanyaan serius mengenai tata krama, perasaan dan hubungan kita dengan orang lain. Buku-buku tertentu langsung membantu kita menyelami perasaan dan pemikiran yang paling dalam.
4.Membaca memicu imajinasi. Buku yang baik mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi dan karakternya. Bayangan ini akhirnya menjadi dasar metafora yang kita tulis, gambar yang kita buat, bahkan keputusan yang kita ambil.
Sesudah masa sekolah atau masa-masa libur, banyak orang mengurangi volume membaca atau bahkan meninggalkan kegiatan membaca sama sekali, agar dapat menggunakan sistem pengiriman informasi lain. Bagi orang dewasa, televisi khususnya menjadi sumber utama untuk mendapatkan berita – juga untuk mendapatkan tambahan pembelajaran di luar pendidikan formal.
Namun, dalam hal “kesaktian” membangkitkan daya pikir dan daya kreatif, televisi masih amat ketinggalan dibandingkan dengan buku. Para pakar media menganggap bahwa televisi merupakan media pasif. Televisi tidak bersifat menuntut karena ia membanjiri otak dengan gambar yang tambaknya mengisi “celah data” antara apa yang tidak diketahui dengan apa yang ingin diketahui. Televisi biasanya tidak mengajak berpartisipasi dalam belajar atau berpikir kreatif.
Jadi gunakanlah waktumu untuk membaca buku-buku bermutu.
“Orang yang membaca buku bermutu memiliki kelebihan
daripada orang yang tidak bisa membaca buku tersebut”.
Pada tahun 1851, ahli filsafat Jerman Arthur Schopenhauer menulis, bahwa “Membaca setara dengan berpikir menggunakan pikiran orang lain”. Dengan membaca, kita mampu menyelami pikiran orang lain dan menambahkan pemikiran serta pengalaman orang lain ke dalam pemikiran dan pengalaman kita sendiri. Kita menambah perbendaharaan ide dengan memadukan tujuan, tata krama, motivasi dan perspektif mereka, untuk selanjutnya mengorbarkan karya kreatif.
Membaca juga memiliki dampak langsung yang positif bagi perkembangan sebagian besar jenis kecerdasan, misalnya:
1.Dengan membaca kita bisa menambah kosa kata dan pengetahuan akan tata bahasa. Yang lebih penting lagi, membaca memperkenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif. Kemudan membaca juga, kita belajar mengenai metafora, implikasi, persuasi, sifat nada dan banyak unsur ekspresi.
2.Bahan bacaan pada umumnya “memaksa” kita menggunakan nalar, pengurutan dan pemikiran logis untuk dapat mengikuti jalan cerita atau memecahkan suatu misteri.
3.Banyak buku dan artikel yang mengajak kita untuk berintrospeksi dan melontarkan pertanyaan serius mengenai tata krama, perasaan dan hubungan kita dengan orang lain. Buku-buku tertentu langsung membantu kita menyelami perasaan dan pemikiran yang paling dalam.
4.Membaca memicu imajinasi. Buku yang baik mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi dan karakternya. Bayangan ini akhirnya menjadi dasar metafora yang kita tulis, gambar yang kita buat, bahkan keputusan yang kita ambil.
Sesudah masa sekolah atau masa-masa libur, banyak orang mengurangi volume membaca atau bahkan meninggalkan kegiatan membaca sama sekali, agar dapat menggunakan sistem pengiriman informasi lain. Bagi orang dewasa, televisi khususnya menjadi sumber utama untuk mendapatkan berita – juga untuk mendapatkan tambahan pembelajaran di luar pendidikan formal.
Namun, dalam hal “kesaktian” membangkitkan daya pikir dan daya kreatif, televisi masih amat ketinggalan dibandingkan dengan buku. Para pakar media menganggap bahwa televisi merupakan media pasif. Televisi tidak bersifat menuntut karena ia membanjiri otak dengan gambar yang tambaknya mengisi “celah data” antara apa yang tidak diketahui dengan apa yang ingin diketahui. Televisi biasanya tidak mengajak berpartisipasi dalam belajar atau berpikir kreatif.
Jadi gunakanlah waktumu untuk membaca buku-buku bermutu.
“Orang yang membaca buku bermutu memiliki kelebihan
daripada orang yang tidak bisa membaca buku tersebut”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar